Mengenal karakter cahaya untuk outdoor portraiture

>> Sabtu, 22 Mei 2010

Oleh : Erwin Rizaldi

Kita semua paham bahwa cahaya adalah sahabat yang harus betul-betul dimengerti oleh setiap fotografer, tidak meng-enakan memang jika bersahabat hanya harus mengerti tanpa bisa dimengerti he he he, tapi jangan salah, sekali kita mengerti sahabat kita yang satu ini, dia akan memberikan hasil yang mampu membuat kita terkagum-kagum, betapa indahnya foto yang telah kita buat.

Berbicara tentang cahaya (outdoor) tidak akan terlepas dari tiga hal, yaitu: warna cahaya, intensitas cahaya dan arah cahaya. Tetapi sebelum kita melangkah lebih jauh, saya mau membatasi tulisan ini kepada pengaruh ketiga hal itu untuk pemotretan orang (portraiture) tanpa menggunakan bantuan alat tambahan, seperti reflector, screen atau lampu. Tulisan ini juga tidak ditujukan untuk pemotretan landscape, human interest ataupun genre fotografi lainnya, meskipun prinsip-prinsip yang dipakai mempunyai kesamaan. Pembatasan ini saya fikir penting agar kita bisa fokus pada pemahaman, pengaruh apa yang dihasilkan olehnya dan bagaimana memanfaatkannya. Memanfaatkanya berarti bagaimana kita memposisikan orang sebagi subject utama foto kita pada posisi yang tepat relatif kepada matahari sebagai sumber cahaya utama, sehingga apa yang kita inginkan atau imajinasikan dari pemotretan ini bisa didapat secara memuaskan.

Warna cahaya adalah spetrum warna yang melekat bersama gelombang cahaya sehingga memantulkan warna tertentu pada subject yang terkena cahaya tersebut, pada pagi dan sore hari pantulan cahaya matahari pada subject akan meninggalkan warna kemerahan ketika tertangkap oleh kamera sedangkan pada siang hari, cahaya matahari yang terpantul pada subject akan meninggalkan warna abu-abu. Kondisi ini bisa digambarkan pada skema warna cahaya di bawah ini:

Skema 1. Warna cahaya pada rentang satu hari.

Dari skema tersebut jelas terlihat perubahan warna cahaya dalam rentang satu hari, warna Fajar berwarna merah didapatkan ketika matahari berada di batas horizon, antara jam 5 sampai jam 6, warna pagi cenderung orange berkisar antara jam 6 sampai jam 8, warna menjelang siang agak kekuningan berkisar antara jam 8 sampai jam 10 dan warna siang cenderung abu-abu antara jam 10 sampai jam 14. Lalu warna kembali berubah seperti semua dalam rentang waktu yang kira-kira sama ke arah malam hari lagi. beberapa contoh foto berikut mungkin bisa memperkuat perbedaan warna cahaya yang terjadi pada rentang waktu tersebut. namun karena keterbatasan foto yang saya miliki, tidak semua bagian dalam rentang waktu tersebut yang bisa diberikan contohnya.


Gambar 1, foto diambil pada pagi hari, sekitar jam 7 pagi, bisa kita lihat dari bayangan yang tercipta bahwa cahaya matahari langsung mengenai subject dan meninggalkan warna agak oranye. gambar 2 di ambil pada siang hari, warna yang tercipta terlihat agak abu-abu dan sedikit pucat sedangkan gambar 3 diambil pada sore hari sekitar jam 5 sore hari, cahaya matahari tidak langsung mengenai subjek tetapi warna yang ditinggal tetap agak kemerahan. Dalam fotografi, warna yang agak kemerahan dikenal dengan warna hangat (Warm) sedangkan warna yang agak kebiruan dikenal dengan warna dingin (Cool). Warna yang tertinggal tersebut sejatinya bisa dinetralisir dengan penggunan filter atau White Balance, tetapi ada sebagian fotografer yang lebih senang terlihat apa adanya karena cast warna tersebut memberikan mood tersendiri bagi fotonya.

Intensitas cahaya berhubungan dengan keras atau lembutnya cahaya, semakin tinggi matahari bersinar maka akan semakin keras cahayanya dan kondisi ini akan membuat perbandingan antara cahaya langsung yang memantul pada subject yang menghasilkan bidang terang (Hightlight) dengan bayangan yang dihasilkan (Shadow) akan semakin tinggi rasionya. Atau dengan kata lain semakin keras bayangan yang dihasilkannya. Sebaliknya semakin rendah matahari bersinar maka akan semakin lembut cahayanya dan dengan sendirinya rasio highlight dengan shadow akan semakin kecil. Semakin tinggi rasio antara shadow dan hightlight maka akan semakin riskan foto kita, karena salah satu di antaranya, entah itu highlight atau shadow harus kehilangan detailnya dan ini sangat tergantung dengan dynamic range kamera yang kita gunakan.

Saat matahari rendah kita bisa langsung memotret orang dengan langsung terkena sinar matahari tetapi pada saat matahari tinggi kita tidak akan bisa menghasilkan foto yang bagus tanpa menggunakan peralatan tambahan, atau dengan menempatkan subject berada dibalik sesuatu seperti pohon atau atap juga sehingga cahaya matahri tidak langsung mengenai subject atau bisa dengan menunggu datangnya awan. Awan bisa berfungsi sebagai softbox besar yang membuat cahaya menjadi sangat lembut yang merata namun foto akan terasa datar/flat.

Arah cahaya berhubungan dengan datangnya sumber cahaya mengenai subjek foto, berhubungan dengan penempatan subject pada datangnya sina matahari. Arah cahaya sangat berhubngan dengan intensitas cahaya karena pada cahaya yang terlalu keras kita tidak bisa menempatkan subject secara langsung terhadap sinar matahari karena kontrasnya terlalu tinggi, artinya harus ada bagian entah itu shadow atau highlight yang dikorbankan. beberapa gambar berikut mungkin bisa menjelaskan lebih jauh tentang pembahasan ini.

Pada Gambar 4, kita lihat efek yang dihasilkan oleh intensitas cahaya yang keras dari sinar matahari yang sudah cukup tinggi, cahaya tersebut membentuk bayangan hitam yang menghalangi sebagian wajah dan terutama mata, disamping expresi silau yg diperlihatkan oleh orang tersebut. Pada Gambar 4A, kondisinya kurang lebih sama, hanya pada foto ini untuk mengurangi shadow pada muka maka exposure harus dinaikan, akibatnya foto secara keseluruhan menjadi Over Exposure Dapat kita lihat, pada kondisi seperti itu, foto yang dihasilkan sungguh tidak nyaman untuk dinikmati. Sekarang kita lihat pada foto 5, foto tersebut diambil pada lokasi yang sama dengan foto 4 dan pada waktu yang berdekatan, tetapi saat foto ini diambil, ada awan menutupi matahari sehingga cahaya menjadi merata dan lembut. Perhatikan, tidak ada lagi shadow yang keras seperti pada gambar 4, seluruh bagian subject dikenai cahaya yang sama sehingga hampir tidak ada shadow yang tercipta. Pada gambar 7, masih pada lokasi yang sama dan waktu yang juga hampir bersamaan, tetapi subject dipindahkan ke bawah dinding sehingga cahaya matahari tidak langsung mengenainya, bayangan keras tidak lagi terlihat. Gambar 8, memperlihatkan ketika matahari sore, meskipun subject terkena langsung oleh cahaya matahari namun bayangannya tidak terlalu keras sehingga bisa ditolerir dan masih masuk ke dalam range rasio shadow/highlight.

Memanfaatkan sumber cahaya matahari sebagai main light untuk portrait.

Setelah mengetahui karakter cahaya tersebut, maka langkah selanjutnya adalah memanfaatkannya untuk membentuk light pattern (efek pencahayaan) untuk pemotretan orang (portraiture), Light pattern hanya akan tercipta jika ada cahaya utama yang mengarah langsung ke subject. Cahaya yang rata akibat kondisi berawan seperti gambar 6, tidak akan menghasilkan light pattern. kalau dipersingkat maka formulanya akan seperti ini: Light pattern bisa tercipta jika rasio Highlight/Shadow 1:2 atau lebih. kondisi flat berarti rasionya 1:1. Seperti yang kita ketahui, dalam pemotretan orang ada beberapa jenis efek pencahayaan, yang dibagi berdasarkan arah jatuhnya cahaya yang membentuk bayangan pada wajah, yaitu:

Loop lighting
Rembrant lighting
Split lighting
Butterfly/Glamour Lighting
back lighting
Kelima efek itu bisa saya gambarkan ke dalam diagram berikut ini:


Loop lighting, cirinya adalah terjadinya bayangan hidung yang jatuh di atas bibir dan tidak menyatu dengan bayangan pipi, jenis pencahayaan ini dapat digunakan pada wanita maupun pria. Catatan: Untuk anak-anak pria dan wanita tidak menjadi soal.

Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 45-50 derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala (lihat skema).


Pada gambar 9/9A, bayangan terbentuk halus akibat cahaya yang mengenainya tidak terlalu keras, tapi masih bisa kita lihat bayangan hidung jatuh di atas bibir dan tidak menyatu dengan bayangan pipi. Pada gambar 10, kondisi bayangan terlihat lebih tegas karena cahaya yang mengenainya lebih keras dari gambar sebelumnya.

Rembrant lighting, cirinya adalah bayangan membentuk segitiga di bawah satu mata, jenis pencahayaan ini lebih sering digunakan pada pria karena bisa memberikan kesan maskulin dan sedikit misterius. Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 60-70 derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala. Gambar 12/12A bayangan yang terbentuk sangat halus akibat cahaya yang tidak terlalu keras, sedangkankan gambar 11 bayangan yang terbentuk cukup tegas sehingga bisa dilihat dengan jelas (segitiganya).


Split lighting, cirinya adalah sebagian wajah berada dalam bayangan yang membelah wajah tepat di tengah, jenis pencahayaan ini biasanya digunakan pada pria atau untuk mendapatkan efek dramatis. Efek pencahayaan ini bisa di dapat dengan memposisikan diri kira-kira 90 derajat dari arah datangnya matahari dan posisi matahari kira-kira sudah lewat kepala.

Butterfly lighting atau sering juga di sebut glamour atau kadang dikenal dengan Hollywood light pattern, pencahayaan ini membentuk bayangan sebeperti kupu-kupu di bawah hidung, biasanya digunakan untuk wanita dengan makeup yang sudah sempurna, artinya contour muka didapat dari penggunaan makeup dan bukan dari lighting. Untuk mendapatkan efek ini, posisikan subject berhadapan dengan matahari saat matahari berada di atas kepala. Gambar 15/15A memperlihatkan bayangan di bawah hidung yang membentuk kupu-kupu. Contour wajah yang terlihat dalam foto ini adalah hasil dari makeup yang dilakukan dan bukan dari efek cahaya.


Back Lighting, memberikan pencahayaan dari belakang hingga batas bagian belakang menjadi berkilau, back lighting biasanya digunakan untuk memisahkan subjek dengan Back Ground. Semakin rendah intensitas cahayanya maka akan semakin seimbang exposure yang terjadi antara BH dengan subjectnya. Gambar 16 memperlihatkan intensitas cahaya yang lebih tinggi daripada gambar 17.

Terlepas dari semua bahasan di atas, yang lebih utama alah kreatifitas fotografernya sendiri dalam memanfaatkan cahaya sebagai modal utama foto. Tulisan ini hanya berfungsi sebagai panduan, bahkan pengenalan bagi rekan-rekan yang baru terjun di dunia fotografi agar saat melakukan pemotretan lebih mempunyai landasan dan tidak sekedar jeprat-jepret saja. Semoga bermanfaat.
2010-05-06

0 komentar:

Posting Komentar

About This Blog

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP